Kamis, 08 Desember 2011

" Diantara Fitrah & Citranya Seorang Ibu"

Tangan Ibu adalah perpanjangan tangan Tuhan. Itu yang saya baca dari sebuah buku. Jika saya renungkan, memang demikian. Tangan seorang Ibu adalah perwujudan banyak hal : Kasih sayang, kesabaran, cinta, ketulusan.. Pernahkah ia pamrih setelah tangannya menyajikan masakan di meja makan untuk sarapan? Pernahkah Ia meminta upah dari tengadah jemari ketika mendoakan anaknya agar diberi Alloh banyak kemudahan dalam menapaki hidup? Pernahkah Ia menagih uang atas jerih payah tangannya membereskan tempat tidur kita? Pernahkah ia mengungkap balasan atas semua persembahan tangannya?..Pernahkah..?
Adakah saat ini kita tersentuh untuk mengenangnya? coba kita renungkan. Ia adalah sebuah anugerah terindah yang dimiliki setiap manusia. Sejak dalam rahim, betapa cinta itu tak putus-putusnya mengalirkan kasih yang tak bertepi. Hingga kerelaan, keikhlasan dan kesabaran selama 9 bulan pun bagai menuai pahala seorang prajurit yang sedang berpuasa, namun tetap berperang di jalan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. 
Selaksana cinta Ibu yang dibaluri tsaqofah Islamiyah (wawasan keislaman) telah menyemai banyak pahlawan Islam. Teladan Asma' binti Abu Bakar Ash-Shidiq melahirkan pahlawan Abdullah bin Zubair, yang dengan cintanya masih berdoa agar dirinya tidak mati sebelum mengurus jenazah Add captionanaknya yang disalib Hajaj bin Yusuf, antek Bani Umaiyah. Polesan warna seorang Ibu Al Khansa, melahirkan putra-putra kebanggaan Islam yang berani dan luhur akhlaqnya, hingga satu persatu syahid pada perang Qodisyiah. Di sela kesedihannya, Ibunya masih berucap, "Alhamdulillah... Alloh telah mengutamakan dan memberikan karunia padaku dengan kematian anak-anakku sebagai syuhada. Aku berharap semoga Alloh menyatukan aku dengan mereka dalam rakhmad-Nya kelak.
Bagaimana mulianya seorang ibu, entah seperti apapun anaknya. Tidak ada sekolah khusus untuk menjadi ibu, seperti sekolah menjadi dokter,perawat, guru dan atau berbagai profesi lainnya. Memang ada berbagai seminar dan buku-buku tentang menjadi ibu yang baik, atau tentang bagaimana mendidik anak dan berbagai tema yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab seorang ibu. Namun tetap saja itu bukanlah sebuah sekolah dan tidak pernah cukup untuk mempersiapkan dan melengkapi seorang wanita untuk menjadi ibu. Menjadi ibu adalah sebuah kehormatan, sebuah pelayanan yang tidak tampak di muka umum namun memiliki tanggung jawab yang tidak mudah untuk dilakukan. Menuntut pengorbanan dan kerelaan hati. Hampir menyita 24 jam jatah hidupnya untuk kita. Berbeda dengan yang mungkin dialami oleh para pekerja kantor dengan fasilitas cuti, menjadi seorang ibu tidak ada istilah cuti walau bagaimanapun lelah dan penatnya.
Menjadi ibu berarti selalu siap mengulurkan tangan menjawab kebutuhan anak, tidak peduli rasa letih menguasai tubuh. Memberikan pelukan hangat di saat anak merasakan kesepian. Menghibur anak kala mereka bersedih, mendorong penuh semangat ketika mereka gagal, dan selalu memberikan yang terbaik untuk mereka dalam keadaan atau situasi seperti apapun.
Seorang ibu membentuk karakteristik anak didiknya. Ibu tidak akan menjerumuskan kita dalam hal-hal yang membahayakan kita. Kadang memang seorang anak beda pendapat dengan ibunya. Tahukah kamu bahwa semua yang ibu lakukan adalah demi kebahagiaan kita kelak jika sudah beranjak dewasa. Betapa beratnya peran seorang ibu, oleh karena itu menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kedewasaan, kematangan, agar ibu dapat menjalankan perannya, dan membuat keluarga bahagia atas peran ibu yang bisa menaungi seluruh anggota keluarga, dengan kelembutan, ketegasan dan kebijaksanaan nya.
            Mulianya seorang ibu digambar jelas dalam Al Qur’an seperti yang tersurat sebagai berikut : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)." (QS. Al AhQaaf 46:15)
"Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu." (QS. Luqman 31:14)
Bagaimana jika Orangtua kita menyuruh untuk mepersekutukan Alloh? Alloh Berfirman: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS Luqman 31:15).
Keindahan dunia tak akan tergantikan dengan keindahan dirinya, sorak sorai pesona dunia tak dapat menggantikan gemuruh haru detak jantung saat ibu memeluk kita. Indah...semua begitu indah dalam alunan cintanya, menelisik lembut, membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih sayangnya. Selagi kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi Orang Tua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.


Ibu, Bukakanlah pintu Ridhomu, hingga Alloh pun Meridhoiku.

" Robbanaghfir lii wa lii waalidayya wa lilmu’miniina yawma yaquumul hisaab "

 “Ya Alloh, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:41]

" Robbighfir lii wa li waalidayya wa li man dakhola baytiya mu’minan wa lilmu’miniina wal mu’minaati wa laa tazidizh zhoolimiina illa tabaaro "

 “Ya Alloh! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” [Nuh:28]

" Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo "

 “Ya Alloh! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”


Amin Amin ya rabbal ‘Alamiin . . .

Thanks to Mother Diah Pianawati


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Amiin !